“Dzikir kepada allah Ta’ala adalah ibadah terbesar dibandingkan ibadah lainnya,” demikian kata Ibn Abbas RA
MENJELASKAN hal ini,
Imam Ghazali dalam kitabnya “Dzikurllah” menulis, “Jika Anda bertanya,
kenapa dzikir kepada Allah yang dikerjakan secara samar oleh lisan dan
tanpa memerlukan tenaga yang besar menjadi lebih utama dan lebih
bermanfaat dibandingkan dengan sejumlah ibadah yang dalam pelaksanaannya
banyak mengandung kesulitan?”
Imam Ghazali menjelaskan bahwa dzikir
mengharuskan adanya rasa suka dan cinta kepada Allah Ta’ala. Maka tidak
akan ada yang mengamalkannya kecuali jiwa yang dipenuhi rasa suka, dan
cinta untuk selalu mengingat dan kembali kepada-Nya.
Orang yang mencintai sesuatu akan banyak
mengingatnya, dan orang yang banyak mengingat sesuatu (meskipun pada
mulanya ini adalah bentu pembebanan) pasti akan mencintainya. Begitu
halnya dengan orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Apabila seorang Muslim sampai pada derajat
suka berdikir, maka ia tidak akan melakukan erbuatan lain selain dzikir
kepada Allah Ta’ala. Sesuatu yang selain Allah adalah sesuatu yang
pasti meninggalkannya saat kematian menjemput. Nah, di sinilah urgensi
mengapa setiap jiwa sangat membutuhkan amalan dzikir.
Dengan demikian, apa saja manfaat utama dari amalan yang sampai dibahas secara khusus oleh Imam Ghazali ini?
Pertama, kebahagiaan setelah kematian
Ketika seorang Muslim meninggal dunia,
maka harta, istri, anak, dan kekuasaan akan meninggalkannya. Ya, tidak
ada lagi yang bersamanya selain dzikir kepada Allah Ta’ala. Saat itulah,
amalan dzikir akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi diirnya.
Imam Ghazali memberikan ilustrasi menarik
akan hal ini. “Ada orang bertanya, ‘Ia sudah lenyap, lalu bagaimana
perbuatan dzikir kepada Allah masih tetap kekal bersamanya?”
Imam Ghazali pun menjelaskan, “Sebenarnya
ia tidak benar-benar lenyap, yang juga melenyapkan amalan dzikir. Ia
hanya lenyap dari dunia dan alam syahadah, bukan dari alam malakut. Hal
ini tertera dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 169-170.”
Kedua, senantiasa diingat oleh Allah Ta’ala
Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman;
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (QS. Al-Baqarah [2]: 152).
Tsabit Al-Banani berkata, “Saya tahu kapan
Allah mengingatku.” Orang-orang pun merasa khawatir dengan ucapannya
sehingga mereka pun bertanya, “Bagaimana kamu mengetahuinya?” Tsabit
menjawab, “Saat aku mengingat-Nya, maka Dia mengingatku.”
Dalam Hadits Qudsi juga disebutkan, “Allah
Ta’ala berfirman, ‘Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan
kedua bibirnya bergerak karena Aku.” (HR. Baihaqi & Hakim).
Subhanallah, bagaimana kalau Allah yang
mengingat diri kita yang dhoif. Bayangkan saja, seorang kepala desa akan
sangat senang jika dirinya senantiasa diingat oleh gubernur atau
presiden. Bagaimana kalau yang mengingat kita adalah Allah Ta’ala,
Rabbul ‘Alamin!
Pantas jika kemudian sahabat Nabi
Shallallahu alayhi wasallam, Muadz bin Jabal berkata, “Tidak ada yang
disesali oleh penghuni surga selain waktu yang mereka lewatkan tanpa
berdzikir kepada Allah Ta’ala.”
Ketiga, diliputi kebaikan demi kebaikan
Seorang Muslim yang senantiasa berdzikir akan senantiasa mendapatkan kebaikan demi kebaikan.
Rasulullah bersabda, “Tiada suatu kaum
yang duduk sambil berdzikir kepada Allah melainkan mereka akan
dikelilingi oleh malaikat, diselimuti oleh rahmat dan Allah akan
mengingat mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR.
Bukhari).
Sementara itu hadits yang lain
menyebutkan, “Tiada suatu kaum yang berkumpul sambil mengingat Allah
dimana dengan perbuatan itu mereka tidak menginginkan apa pun selain
diri-Nya, melainkan penghuni langit akan berseru kepada mereka,
‘Bangkitlah, kalian telah diampuni. Keburukan-keburukan kalian telah
diganti dengan kebaikan-kebaikan’.” (HR. Ahmad).
Oleh karena itu, sangat luar biasa kasih
sayang Allah kepada umat Islam. Manfaat dzikir yang sedemikian luar
biasa bagi kehidupan dunia-akhirat kita senantiasa Allah ulang-ulang di
dalam kitab-Nya agar kita terus menerus mengamalkannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Hai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang
sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41).
Bahkan saat kita usai sholat pun, Allah tekankan agar kita terus berdzikir kepada-Nya.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ
اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ
فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
كِتَاباً مَّوْقُوتاً
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan
shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring” (QS. An-Nisa [4]: 103).
Dengan demikian, mari kita upayakan agar
muncul rasa suka dan cinta untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya. Karena
amalan ini sangat mudah diamalkan dengan manfaat yang sangat luar
biasa. Tidak saja menjamin kebaikan di dunia, tetapi juga memastikan
kebaikan di akhirat. Semoga Allah anugerahi kita hati yang senantiasa
suka, cinta dan rindu untuk selalu berdzikir kepada-Nya. Wallahu a’lam.*
0 comments:
Post a Comment