Ubadah ibn Shamit ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bertanya, “Siapa
yang kalian anggap sebagai syahid?” Mereka menjawab, “Yang berperang
hingga terbunuh di jalan Allah Swt.” Mendengar jawaban tersebut beliau
bersabda, “Kalau begitu orang yang syahid di antara umatku sedikit.
Namun, orang yang terbunuh di jalan Allah syahid, orang yang mati karena
penyakit di perut syahid, orang yang kena wabah penyakit syahid, wanita
yang meninggal dunia sementara dalam perutnya terdapat janin juga
syahid (entah sebelum atau sesudah melahirkan).” (HR Imam Ahmad, Ibn Majah, dan Ibn Hibban).
BETAPA luar biasanya Islam memosisikan seorang ibu hamil. Bisa
dipahami tentu saja. Saat seorang ibu hamil tubuhnya menjadi rentan akan
‘bahaya’. Berat tubuhnya menjadi dua kali lipat, karena memebawa kita
di dalam rahimnya. Hal itu berlangsung kurang lebih selama sembilan
bulan. Kecintaannya kepada kita telah dicurahkannya sejak saat itu, ia
selalu mendahulukan keselamatan bayinya daripada dirinya sendiri. Ia
tidak pedulikan berat beban tubuhnya yang bertambah karena kehdiran kita
di rahimnya.
Saat melahirkan pun menjadi waktu yang dinantikan oleh seorang ibu.
Saat dimana ia dapat melihat buah hatinya setelah selama kurang lebih
sembilan bulan mengandungnya. Namun saat-saat ini juga merupakan
saat-saat yang paling beresiko tinggi dalam hidupnya. Karena melahirkan
rentan sekali dengan kematian. Tak sedikit ibu yang rela mengorbankan
nyawanya demi lahirnya sang buah hati.
Pada saat proses melahirkan, ibu juga tidak
sepenuhnya mengerti apa yang menyebabkan proses melahirkan terjadi. Akan
tetapi perubahan kadar hormon memengaruhi pelunakan dan persiapan
cervix (leher rahim) dan kontraksi. Kontraksi-kontraksi yang terjadi
sebelum persalinan semakin kuat dan semakin teratur.
Uterus wanita sesungguhnya terbentuk dari lapisan otot yang sebagian
mengitari uterus (rahim) dan sebagian lainnya naik dan turun di dalam
uterus. Kontraksi dari otot-otot tersebut menarik cervix dan membantunya
membuka dan mendorong bayi untuk bergerak turun.
Tekanan dari kepala bayi melawan cervix selama kotraksi juga membantu
menipiskan dan membuka cervix. Untuk memberikan Anda gambaran terhadap
proses ini, cobalah untuk membayangkan saat Anda mengenakan kaos
turtleneck (yang menyerupai leher kura-kura). Leher dari kaos tersebut
cukup tebal tapi lebih kecil daripada kaos itu sendiri, akan tetapi
ketika Anda memasukan kepala Anda untuk melewatinya, ujung leher pada
kaos tersebut menjadi melar dan kemudian terbuka.
Pada awal proses persalinan, kontraksi-kontraksi yang terjadi secara
bertahap semakin sering dan kuat. Jika bidan atau dokter Anda memeriksa
cervix Anda, Anda mungkin akan mengetahui bagaimana cervix Anda
mengalami perubahan.
Pembukaan dan pengelupasan yang lambat mungkin terjadi selama fase
ini, namun hal tersebut adalah normal. Kebanyakan perempuan memilih
untuk menghabiskan masa awal proses persalinan di rumah karena mereka
merasa lebih leluasa untuk bergerak, mandi, makan, atau menonton TV.
Kebanyakan dokter dan bidan juga menyetujui hal itu. Fase awal
persalinan merupakan fase yang sulit untuk diprediksi. Beberapa
perempuan mungkin tidak menyadarinya, sedangkan yang lain mungkin
mengalami rasa sakit dalam jangka waktu yang lama.
Selama proses persalinan, kontraksi semakin kuat dan teratur.
Kontraksi biasanya terjadi setiap tiga atau lima menit. Anda akan
menyadari bahwa Anda perlu mengkonsentrasikan diri Anda pada setiap
kontraksi. Cervix Anda akan mulai berubah dengan cepat dan hal ini
mempermudah Anda untuk memprediksi jangka waktu kapan fase ini akan
berakhir.
Beberapa peneliti memperkirakan jangka waktu yang diperlukan oleh
perempuan yang baru pertama melahirkan adalah antara lima sampai sepuluh
jam, sedangkan untuk perempuan yang sudah pernah melahirkan adalah
antara dua sampai delapan jam. Subhanallah. [sa/islampos]
0 comments:
Post a Comment