Oleh: Luqyana Hayate Mawadhah
SAUDARIKU yang dirahmati Allah Swt., berjilbab saat ini mulai
digandrungi kaum hawa. Bisa jadi ada yang hanya ikut-ikutan trend atau
juga yang memang memahami dan ingin melaksanakan perintah-Nya.
Berbagai jenis dan model jilbab saat ini banyak didapati, ada yang
sesuai dengan syariat ada juga yang tidak. Bahkan terbilang syubhat jika
dipakai, jilbab memang digunakan tapi tidak terhulur sampai ke dada
serta bagian kaki malah tampak ketat dan terlihat.
Banyak kaum hawa yang menyangka bahwa tidak memakai jilbab adalah
dosa kecil. Yang dapat tertutupi dengan pahala yang banyak dari shalat,
puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang
salah dan harus diluruskan. Kaum wanita yang tidak memakai jilbab,
tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh
pahala amal ibadahnya.
Seperti yang termaktub dalam firman Allah SWT, “….. Barang siapa yang
mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah
pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-Maidah: 5).
Na’udzubillah. Semoga kita terjauh dari adzab Allah SWT, ada sebuah
kisah menggetarkan tentang seorang perempuan yang menganggap bahwa dosa
meninggalkan jilbab itu adalah dosa kecil.
Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia kadang menjalankan
ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya, ia tak mau berjilbab. Menutup
auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan menjawab, ”Insya
Allah yang penting hati dulu yang berjilbab.” Ini adalah jawaban yang
sering terdengar dari kaum Hawa. Sudah banyak orang menanyakan maupun
menasihatinya, tapi jawabannya tetap sama.
Hingga di suatu malam, ia bermimpi sedang di sebuah taman yang sangat
indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia
bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai
yang sangat jernih hingga dasarnya kelihatan, melintas dipinggir taman.
Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya.
Ia tak sendiri. Ada beberapa wanita disitu yang terlihat juga
menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita.
Wajahnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat
lembut.
“Assalamu’alaikum, Saudariku….”
“Wa’alaikum salam. Selamat datang, Saudariku.”
“Terima kasih. Apakah ini surga?”
Wanita itu tersenyum. “Tentu saja bukan, Saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga.”
“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini.”
Wanita itu tersenyum lagi, ”Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, Saudariku?”
“Aku selalu menjaga waktu shalat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah.”
“Alhamdulillah…”
Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat
indah. Pintu itu terbuka. Dan ia melihat beberapa wanita yang berada di
taman mulai memasukinya satu-persatu.
“Ayo kita ikuti mereka,” kata wanita itu setengah berlari.
“Ada apa di balik pintu itu?” katanya sambil mengikuti wanita itu.
“Tentu saja surga, Saudariku,” larinya semakin cepat.
“Tunggu…tunggu aku…” teriak si wanita itu. Dia berlari namun tetap
tertinggal, padahal wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum
kepadanya.
Ia tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari. Ia lalu
berteriak, “Amalan apa yang telah kaulakukan hingga engkau begitu
ringan?”
“Sama dengan engkau, Saudariku,” jawab wanita itu sambil tersenyum
Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati
pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada
wanita itu. “Amalan apalagi yang ka lakukan yang tidak kulakukan?”
0 comments:
Post a Comment